SMS BIJAK PEMBANGKIT KESUKSESAN

· Jika Anda menikmati apa yang anda kerjakan, kesuksesan adalah milik anda

Jika Anda tidak menikmati apa yang Anda kerjakan,

Anda tidak akan menjadi sukses.

· Kekuatan seseorang bukan datang dari kapasitas fisiknya

Tetapi dari kekuatan yang sungguh-sungguh

(Mahatma Gandhi)

· Lebih baik mengalami kegagalan sesudah mencoba

Dari pada tidak pernah gagal sebelum mencoba

· Orang yang tidak banyak membaca pasti tidak banyak tahu, orang yang tidak banyak tahu sangat dekat dengan kebodohan,

Dan kebodohan akan sangat dekat dengan kemiskinan

(Helmy Yahya)

· Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuatsuatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangah pun

(Bung Karno)

· Wujudan apa yang kamu inginkan

Pergilah emana kamu inginkan

Karena kamu hanya mempunyai satu kesempatan

Hidup untuk melaukan sesuatu

Maka lakukanlah

· Anda mungkin tidak pernah tahu

hasil dari usaha-usaha yang Anda lakukan

tetapi jika Anda tidak melakukan sesuatu

Anda tidak mungkin mendapatan hasil

(Mahatma Gandhi)

· Keja adalah wudud nyata cinta

Jika kita tak dapat bekerja dengan kecintaan

Namun hanya dengan kebencian

Lebih baik tinggalkan pekerjaan itu

Lalu duduklah di gerbang rumah ibadah

Untuk menerima derma dari mereka yang bekerja

Dengan suka cita
(Kahlil Gibran)

· Jalan awal terbaik untuk mewujudkan segala impian Anda

Adalah bangun dan bangit dari tempat tidur

(Paul Valery, Pujangga Prancis. 1875-1941)

· Hanya ada dua kata yang menuntun Anda pada kesuksesan.

Kata-kata itu adalah“ya” dan “tidak”.

Tidak diragukan, Anda telah sangat ahli untuk berkata “ya”.

Sekarang, berlatihlah berkata ”tidak”.

Cita-cita Anda bergantung padanya.

(Jack Canfield, penulis Chicken Soup for the soul)

Minggu, 27 Februari 2011

OPTIMIS VERSUS OPTIMIS

OPTIMIS VERSUS PESIMIS

Apaan sih optimis itu? Optimis itu mempunyai banyak makna, optimis itu berasal dari kata optimis, yakni orang yang selalu beranggapan baik. Optimisme sendiri dalam kamus Bahasa Indonesia artinya orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi berbagai hal.
Nah, sedangkan optimisme adalah paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan, sikap selalu mempunyai segala keinginan disegala hal .
Apa hubungan optimis dengan berfikiran positif atau berprasangka baik (husnuzan)? Kalau kata Mr. Saphiro, optimisme itu lebih dari sekadar berfikir positif. Artinya optisme adalah sebuah akhlak (tingkah laku) yang muncul karena kita senantiasa memandang segala sesuatu dari segi positifnya.

Optimisme versus Pesimisme? Orang-orang optimis selalu memandang segala sesuatu dari sisi positif. Mereka bukan tidak pernah mengalami hal yang buruk dalam hidup. Namun, seperti yang ditulis oleh Mr. Saphiro, mereka menganggap sesuatu yang buruk itu sebagai hal yang bersifat sementara. Meskipun mereka gagal, mereka senantiasa bangkit, mengevaluasi, membenahi kesalahan-kesalahan dan kembali mencoba. Jatuh dan bangun adalah sebuah hakikat mendapatkan kesuksesan yang mereka sadari.
Kebalikan dari sikap optimis adalah sikap pesimis, sikap pesimis muncul dari kebiasaan berfikir negatif alias ber-su’uzhan, alias selalu memandang segala sesuatu dari segi buruknya. Jika ada hal positif yang terjadi, ia menganggap itu bersifat sementara. Ada orang memberi kita makanan, kita lantas berkata, ‘’Ah, ini kan pas dia lagi baik aja!’’ atau, “Wah, ini orang kasih makanan , pasti ada maunya,” dan seterusnya. Cara yang paling gampang untuk membedakan seseorang itu termasuk dalam kategori pesimisme atau optimis adalah komentar mereka terhadap hal berikut.

Sebuah gelas dipenuhi oleh air minum hingga setengah, tidak penuh. Seseorang yang optimis akan melihat gelas yang terisi setengah, setengah penuh. Tetapi si pesimis akan melihat gelas itu setengah kosong. Sebuah kondisi yang sama tetapi terlihat berbeda oleh kedua orang yang memiliki pandangan yang berbeda, orang optimis akan ber-positive thinking bahwa gelas itu sudah terisi, cukup penuh meski tidak sampai puncak, dan itu cukuplah untuk modal si optimis. Sedangkan orang yang pesimis melihat kondisi itu serba kurang. Ia mengedepankan pikiran yang buruk negative thinking, bahwa jika gelas itu tidak terisi penuh, maka tidak ada kesempurnaan dan ia tidak akan tercukupi dahaganya.
Optimisme versus overconfident? Perlu dicatat baik-baik, bahwa optimis itu tidak identik dengan percaya diri yang berlebihan overconfident, juga tidak identik angan yang muluk-muluk. Orang yang optimis memang memiliki mimpi-mimpi yang terkadang terkesan luar biasa, tetapi mereka memiliki tekad untuk mewujudkannya, dibarengi dengan tindakan alias aksi yang nyata.
Orang yang optimis adalah adalah orang yang bisa mengukur kemampuannya. Dengan potensi positif yang dimilikinya tersebut (ditambah dengan mengeliminasi potensi negatif), ia membangun harapan yang terwujud pada aksi yang benar-benar tangguh.
Dina adalah orang yang optimis. IQ-nya superior. Ia seorang pekerja keras. Ia berangan-angan bisa menembus FK Unair. Berarti Dina adalah orang yang optimis. Sedangkan Joni, adalah orang yang overconfident. Bayangkan, ia belum pernah terjun di dunia pemasaran majalah, tidak tahu seluk-beluknya, bahkan dunia jurnalistik pun buta. Tetapi ketika ia baru diterima sebagai salah seorang staf marketing, ia menetapkan target 90% terjual habis dari total eksemplar yang dicetak. Dari mana ia menetapkan target tersebut? Dari mbah dukun kali, he....he....
Sudah jelas bedanya, antara orang yang optimis dengan orang yang overconfident? Nah, kamu termasuk yang mana? Kalau optimis, selamat deh! Kalau overconfident...waw! cepat-cepat tobat, deh!
Husnudzan adalah cikal bakal si optimis. Nah, untuk menuju karakter optimis, sebelumnya kita harus senantiasa berfikir positif, alias berprasangka baik. Prasangka baik (Husnudzan) pada hakikatnya meliputi prasangka kita kepada diri kita sendiri, kepada orang disekitar kita, kepada alam semesta, juga kepada Allah swt.
Kenapa berprasangka baik itu penting? Sebab, sering kali sebuah permasalahan pelik yang dialami oleh manusia ternyata berasal dari dalam diri mereka sendiri. Yakni dari bagaimana mereka memikirkan atau berpresepsi terhadap diri sendiri dan obyek-obyek yang ada di sekitar mereka.
Nah...sebaiknya, cikal bakal karakter pesimis adalah sikap negative thinking alias berprasangka buruk (su’udzan). Seringkali sebuah kehancuran itu ternyata berawal dari prasangka negatif kita terhadap sesuatu. Oleh karenanya kita harus berfikir optimis dalam setiap hal, lalu berfikir optimis dalam setiap hal, lalu bagaimana sih biar jadi orang optimis? Mr. Saphiro, juga mengatakan optimis adalah sebuah keterampilan emosi yang bisa dipelajari.

Jadi, meskipun kita tidak punya bakat jadi orang optimis, kita bisa kok menjadi sosok yang kita dambakan bersama itu. Misalnya saja Rajin Memperdalam Keimanan Kita, Rajin Melakukan Aktivitas Secara Terencana, Menerima Kritik Orang Lain Sebagai Bentuk Cinta, Rajin Memperbaiki Diri Sendiri, Tidak Takut Berbuat Salah, Berani Menerima Tantangan.

Oleh:
FITROTUN NISA’
E04209032

Tidak ada komentar:

Posting Komentar